
Perkembangan animasi 2D di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perangkat lunak yang digunakan oleh para animator. Software animasi menjadi alat utama untuk mengubah ide kreatif menjadi karya visual yang menarik. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak software animasi 2D yang populer di kalangan animator Indonesia, baik untuk produksi profesional maupun proyek independen.
Salah satu perangkat lunak yang banyak digunakan adalah Adobe Animate. Sebagai penerus dari Flash, Adobe Animate menawarkan fitur yang sangat fleksibel untuk membuat animasi 2D berkualitas tinggi. Banyak studio animasi di Indonesia memanfaatkan Adobe Animate karena kemudahan penggunaannya dan kompatibilitasnya dengan berbagai platform distribusi.
Toon Boom Harmony juga menjadi pilihan utama di kalangan profesional. Software ini digunakan dalam produksi animasi berskala besar berkat kemampuan rigging dan animasi frame-by-frame yang canggih. Beberapa studio animasi besar di Indonesia menggunakan Toon Boom Harmony untuk menghasilkan konten yang kompleks dan berkualitas tinggi.
Selain itu, OpenToonz, sebagai perangkat lunak open-source, menjadi pilihan populer bagi animator pemula dan independen. Dengan fitur-fitur yang hampir setara dengan software komersial, OpenToonz memungkinkan animator Indonesia untuk mengasah keterampilan mereka tanpa harus mengeluarkan biaya besar. OpenToonz juga didukung oleh komunitas global yang aktif, sehingga pengguna dapat dengan mudah menemukan panduan dan tutorial.
Platform seperti Blender, meskipun lebih dikenal untuk animasi 3D, juga mulai dimanfaatkan untuk animasi 2D melalui fitur Grease Pencil. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membuat animasi 2D dengan sentuhan gaya 3D, memberikan fleksibilitas baru bagi animator lokal untuk berinovasi.
Dengan berbagai pilihan software yang tersedia, animator Indonesia memiliki kesempatan besar untuk terus mengembangkan kreativitas mereka. Namun, keberhasilan animasi 2D tidak hanya bergantung pada perangkat lunak, tetapi juga pada kemampuan animator dalam memahami.